Sabtu, 27 Oktober 2012

laporan transpirasi tumbuhan


I.                    PENDAHULUAN


A.    Tujuan Praktikum   : 
1.    Mengamati faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi
2.    Mengetahui kecepatan transpirasi dalam waktu tertentu.

      B.  Landasan Teori :
Dasar Teori  :

Transpirasi pada hakekatnya adalah penguapan. Transpirasi dapat diartikansebagai hilangnya  air  dalam  bentuk  uap  air  dari  dalam  jaringan  tubuh
Secara umum yang dimaksud dengan penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun disebut sebagai transpirasi.
Pada umumnya transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel. Walaupun demikian, bahasan transpirasi ini biasanya bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan.
Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu tertentu.
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang terdapat di atas permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang ditempati oleh cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang juga membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal, sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis umumnya di bawah −2 bar (atmosfer), dan sering kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi oleh udara tak jenuh yang kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).

Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).

Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless, 1991).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Anonim, 2009).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandunganair melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian.Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).








II.                METODELOGI PRAKTIKUM
a.       Waktu dan Tempat :
Praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan tentang Transpirasi Pada Tumbuhan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012 dan bertempat di Laboratorium TPB.

b.      Alat dan Bahan:


1.      4 tabung Erlenmeyer
2.      Gabus dan pelubang gabus
3.      Neraca
4.      Air
5. Vaselin
6. Pucuk tanaman Pterocarpus indicus
7. Termometer
8. Alumunium foil



C.  CARA KERJA         :
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Isilah 4 tabung Erlenmeyer 125 ml dengan air sebanyak 100 ml dan tutup 3 tabung erlenmeyer dengan gabus yang berlubang dan 1 tabung ditutup dengan aluminium foil.
3.    Masukkan masing-masing tanaman Pterocarpus indicus (panjang ±20 cm) dalam botol melalui lubang pada gabus (ujung batang Pterocarpus indicus sudah dipotong miring).
4.    Berilah vaselin pada sekeliling gabus dan lubang gabus untuk mencegah terjadinya penguapan selain dari tanaman tersebut.
5.    Timbanglah masing-masing tabung Erlenmeyer beserta tanamannya, dan catatlah masing-masing beratnya. (sebagai berat awal) dan hitung jumlah daunnya
6.    Letakkan satu tabung Erlenmeyer di dalam ruangan dan dikipasi (F1), satu tabung erlenmeyer di dalam ruangan dan terkena cahaya matahari (F2), satu tabung Erlenmeyer di dalam ruangan dengan tutupnya berupa gabus (F3), dan satu tabung Erlenmeyer di dalam ruangan dengan tutupnya berupa alumunium foil (F4).
7.    Ukurlah temperatur udara di dalam dan di luar ruangan.
8.    Setiap 25 menit, timbanglah kembali masing-masing tabung Erlenmeyer beserta tanamannya. Lakukan penimbangan sebanyak 2 kali.
9.    Setelah penimbangan terakhir selesai, ambillah seluruh daun pada masing-masing tanaman (di luar dan di dalam). Timbang berat total daun masing-masing tabung erlenmeyer. Dan potong bagian tengah daun seluas 2x2 cm. Lalu hitung laju transpirasinya.
III.             HASIL PENGAMATAN
A.        Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan praktikum transpirasi kelompok 1
No.
Perlakuan
Perubahan berat sampel setiap 25 menit (gram)
Selisih Berat sampel I (gram)
Selisih Berat sampel II (gram)
Banyak Daun
(helai)
Berat Seluruh Daun (gram)
Berat awal
Berat I
Berat II
1
Di dalam ruangan + dikipasi (F1)
161,84
161,12
160,40
0,62
0,82
21
3,62
2
Di luar ruangan dengan cahaya matahari (F2)
164,72
163,74
162,68
0,98
1,06
16
2,12
3
Di dalam ruangan dengan tutup gabus(F3)
143,78
143,64
143,50
0,14
0,14
13
1,36
4
Di dalam ruangan dengan tutup alumunium foil (F4)
130,92
130,58
130,30
0,34
0,28
16
2,34


III. ANALISIS DATA :
·         SELISIH BERAT SAMPEL / WAKTU
1.      Di  dalam ruangan + dikipasi (F1)
Menit ke-25     = 0,62 gr/ 25 menit
                        = 0,0248 gr/menit
Menit ke-50     = 0,82 gr/ 25 menit
                        = 0,0328gr/menit
Jumlah             = 0,0248 + 0,032
                        = 0,0576 gr/menit


2.      Di luar ruangan dengan cahaya matahari (F2)
Menit ke-25     = 0,98 gr/ 25 menit
                        = 0,0392 gr/menit
Menit ke-50     = 1,06 gr/ 25 menit
                        = 0,0424gr/menit
Jumlah             = 0,0392 + 0,0424
                        = 0,0816 gr/menit

3.      Di  dalam ruangan dengan tutup gabus (F3)
Menit ke-25     = 0,14 gr/ 25 menit
                        = 0,0056 gr/menit
Menit ke-50     = 0,14 gr/ 25 menit
                        = 0,0056 gr/menit
Jumlah             = 0,0056 + 0,0056
                        = 0,0112 gr/menit

4.      Di  dalam ruangan dengan tutup alumunium foil (F4)
Menit ke-25     = 0,34 gr/ 25 menit
                        = 0,0136 gr/menit
Menit ke-50     = 0,28 gr/ 25 menit
                        = 0,0112 gr/menit
Jumlah             = 0,0136 + 0,0112
                        = 0,0248 gr/menit


LUAS DAUN            : Berat Daun/ (Jumlah Daun x Luas Daun)


1.      Di dalam ruangan + dikipasi (F1)
Luas daun       : 3,62/(21x 4)
                        : 0,043095
2.      Di luar ruangan dengan cahaya matahari (F2)
Luas daun       : 2,12/(16 x 4)
                        :0,033125
3.      Di  dalam ruangan dengan tutup gabus (F3)
Luas daun       : 1,36/(13 x 4)
                        : 0.026154
4.      Di  dalam ruangan dengan tutup alumunium foil (F4)
Luas daun       : 2,34/(16 x 4)
                        : 0,036563


LAJU TRANSPIRASI           : Selisih Berat Sampel/Waktu/ Luas Daun


  1. Di dalam ruangan + dikipasi (F1)
Laju transpirasi            : 0,0576/0,043095
                        : 1,336575x
2.      Di luar ruangan dengan cahaya matahari (F2)
Laju transpirasi            : 0,0816/0,033125
                        : 2,463396x
3.      Di  dalam ruangan dengan tutup gabus (F3)
Laju transpirasi            : 0,0112/0,026154
                        : 0,428235x
4.      Di  dalam ruangan dengan tutup alumunium foil (F4)
Laju transpirasi            : 0,0248/0,036563
                        : 0,67829



IV.             PEMBAHASAN :
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Interaksi Antar Komponen
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.
Berdasarkan hasil pengamatan transpirasi pada tumbuhan yang telah dilakukan, diperoleh data laju transpirasi yang berbeda-beda. Laju transpirasi di dalam ruangan dengan kipas adalah 1.336575x, di luar ruangan dengan cahaya matahari adalah 2,463396x, di dalam ruangan dengan penutup gabus adalah 0,428235x, di dalam ruangan dengan penutup alumunium foil adalah 0,678291x. dengan suhu di ruangan 270C, di dalam ruangan dengan kipas 300  C dan di luar ruangan330C.
Dari hasil pengukuran laju transpirasi di atas ternyata sesuai dengan teori tentang transpirasi tumbuhan. Yaitu, pada pengamatan yang telah dilakukan, nilai laju transpirasi terbesar ditunjukan pada perlakuan F2 atau tumbuhan yang diletakkan di luar ruangan dengan cahaya matahari yaitu sebesar 2,463396x, dengan suhu 330, dibanding dengan pengamatan di dalam ruangan.
Selain itu faktor abiotik seperti angin, suhu,  radiasi/cahaya matahari, dan air dan faktor intern seperti jumlah daun, luas permukaan daun, dan besar daun sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya transpirasi pada tumbuhan. Semakin besar kecepatan angin, suhu, dan radiasi matahari dengan jumlah daun dan luas permukaan daun yang besar, maka menyebabkan penyerapan air dan unsur hara juga tinggi, sehingga transpirasi pada tumbuhan pun tinggi, begitupun sebaliknya.






V.                KESIMPULAN :

Hasil pengukuran yang diperoleh sesuai terhadap teori yang ada. Laju transpirasi tertinggi yang diperoleh adalah pada tanaman yang berada di luar ruangan dengan adanya sinar matahari langsung. Hal ini disebabkan karena suhu di luar ruangan keadannya lebih tinggi dari pada suhu di dalam ruangan yaitu berkisar 330C, kecepatan angin di luar ruangan pun cukup besar juga, jumlah daun tanamannya cukup banyak, yaitu 16 helai.

















DAFTAR PUSTAKA

Purwanti Endang dan Tyas Dianing.2003. Biologi 2 Untuk Kelas 2 SLTP.
 Klaten : Pt Macanan Jaya Cemerlang.
Riyadi Slamet dan Jaya Sukana. 2003. LKS Biologi 2 Untuk Kelas 2 SLTP.
                        Klaten : Pt Macanan Jaya Cemerlang.

Jumat, 12 Oktober 2012

laporan respirasi


                                                   
            






LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI PADA TUMBUHAN



DISUSUSUN OLEH
NAMA
:
IQBAL MOH TAUFIK
N I M
:
A41111127
KELOMPOK
:

BIDANG PEMINATAN                            
:
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH



DIVISI KERJASAMA PENDIDIKAN TINGGI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN  PERTANIAN
KERJASAMA DENGAN  POLITEKNIK NEGERI JEMBER
CIANJUR
2012









DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           i

I.                   PENDAHULUAN  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .         1
  1. Latar Belakang  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .          1
  2. Tujuan Praktikum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .          3
II.                METODELOGI PRAKTIKUM  . . . . . . . . . . . . . . . .        4
  1. Waktu dan Tempat . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .          4
  2. Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           4
  3. Langkah Kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           4
III.             HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . .      5
  1. Hasil Pengamatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .         5
  2. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .         5
IV.             PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .          7
  1. Kesimpulan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           7
  2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . .          8












BAB I.
 PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan atau perombakan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen dan pembakaran glukosa (perombakan bahan organic (O2, C6H12O6) menjadi bahan anorganik(CO2, H2O, energi). Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP yang dapat berguna bagi kegiatan kehidupan/ fisiologis tumbuhan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, kerja hormone, dll.

Reaksi sederhananya:
C6H1206 + 6 02 ———————————> 6H2O + 6CO2 + Energi

Proses Respirasi

1.      Proses Respirasi Aerob

Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan kadar O2 bebas di udara untuk melangsungkan kegiatan hidupnya. Dalam respirasi aerob ada empat tahapan yang ditempuh, meliputi :

a.       Glikolisis
b.      Dekarboksilasi Oksidatif
c.       Siklus Krebs
d.      Rantai Transport Elektron 

a.      Glikolisis merupakan proses yang berlangsung di luar mitokondria dan secara anaerob. Dalam proses ini terjadi pengubahan 1 molekul glukosa (6 C) menjadi 2 asam piruvat (3 C). Dalam proses glikolisis dihasilkan 2 asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH.
b.      Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif merupakan reaksi antara yaitu antara glikolisis dengan siklus krebs. Dalam proses ini terjadi perubahan dari 2 asam piruvat (3 C) menjadi 2 asetil Ko Enzim A (2 C). Hasil dari proses ini adalah 2 asetil Ko Enzim A, dan 2 NADH.
c.       Siklus Krebs atau Asam Sitrat
Siklus Krebs terjadi di mitokondira. Dalam proses ini terjadi perubaha dari 2 asetil ko enzim A menjadi 2 C¬O2.. Proses ini berlangsung secara aerob. Hasil dari proses ini adalah 2 CO2, 2 FADH, dan 6 NADH.
d.      Rantai Tansport Elektron
Pada proses ini terjadi penerjemahan elektron berenergi tinggi. Pada proses ini dihasilkan H2O dan terjadi konversi energi dengan rumus
1 NADH: 3ATP
1 FADH : 2 ATP

  1. Proses Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen bebas sebagai penerima atom hidrogen ( H ) terakhir, tetapi menggunakan senyawa tertentu ( seperti : etanol, asam laktat ) .

Pada respirasi anaerob, tahapan yang ditempuh meliputi :
  1. Tahapan glikolisis, dimana 1 molekul glukosa ( C6 ) akan diuraikan menjadi asam piruvat, NADH dan 2 ATP
  2. Pembentukan alkohol ( fermentasi alkohol ), atau pembentukan asam laktat ( fermentasi asam laktat )
  3. Akseptor elektron terakhir bukan oksigen, tetapi senyawa lain seperti : alkohol, asam laktat
  4. Energi ( ATP ) yang dihasilkan sekitar 2 ATP
Beberapa proses reaksi yang berlangsung secara aerob ( Respirasi Anaerob ) :
  • Fermentasi alkohol : Proses ini terjadi pada beberapa mikroorganisme seperti jamur ( ragi ), dimana tahapan glikolisis sama dengan yang terjadi pada respirasi aerob. Setelah terbentuk asam piruvat (hasil akhir glikolisis), asam piruvat mengalami dekarboksilasi ( sebuah molekul CO2 dikeluarkan) dan dikatalisis oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi etanol atau alkohol  dan terjadi degradasi molekul NADPH menjadi NAD+ serta membebaskan energi/kalor. Proses ini dikatakan sebagai "pemborosan" karena sebagian besar energi yang terkandung dalam molekul glukosa masih tersimpan di dalam alkohol. Itulah sebabnya, alkohol/etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar. Fermentasi alkohol pada mikroorganisme merupakan proses yang berbahaya bila konsentrasi etanolnya tinggi. Secara sederhana, reaksi fermentasi alkohol ditulis :
         2CH3COCOOH ----------> 2CH3CH2OH + 2CO2 + 28 kkal
             ( asam piruvat)                          ( etanol/alcohol)

  1. Tujuan Praktikum
·         Untuk mengetahui jumlah O2 yang dibutuhkan tumbuhan untuk  melakukan respirasi.
·         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.
·         Untuk mengetahui perbedaan antara respirasi kecambah kacang hijau, biji jagung, dan biji kacang buncis.












BAB II.
METODELOGI PRAKTIKUM

  1. Waktu dan Tempat
Praktikum tentang respirasi pada tumbuhan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 09 Mei 2012 dan bertempat di Laboratorium Teknologi Produksi Benih.
  1. Alat dan Bahan


    • Respirometer
    • Timbangan analitik
    • Timer
    • Pipet tetes
    • Kapas
    • Kertas label
    • Vaselin
    • Eosin
    • Kecambah kacang hijau
    • Biji jagung
    • Biji buncis
    • NaOH
    • Aquades


  1. Langkah Kerja
  1. Membasahi kapas dengan NaOH dan aquades (sesuai kelompok).
  2. Masukan kapas yang sudah dibasahi aquades atau NaOH ke dalam respirometer.
  3. Masukan masing-masing bahan percobaan yang sebelumnya telah ditimbang seberat 3 gram, kecuali kacang buncis seberat 2 gram.
  4. Tutup tabung respirometer dan sambungan penutup respirometer tersebut  tersebut diolesi vaselin hingga merata.
  5. Ambil eosin dengan pipet tetes secukupnya, dan tetesi pada ujung pipa respirometer tersebut.
  6. Mengukur pergerakan eosin dengan menggunakan timer secara berkala (5, 10, 15, 20, 25, 30 menit).
  7. Membuat table data hasil pengamatan, lalu catat hasilnya.
  8. Membuat laporan hasil pengamatan.



BAB III.
HASIL DAN PENGAMATAN

  1. Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil Pengamatan  Laju Respirasi Larutan NaOH
No
Bahan
O2 yang dibutuhkan
5'
10'
15'
20'
25'
30'
1
Kecambah Kacang Hijau
0,06
0,14
0,34
0,43
0,56
0,65
2
Biji Jagung
0,03
0,19
0,21
0,34
0,44
0,50
3
Biji Buncis
0,08
0,27
0,44
0,60
0,75
1,5
Ket :  ( ‘ ) = Menit

Table 2. Hasil Pengamatan  Laju Respirasi Larutan Aquades
No
Bahan
O2 yang dibutuhkan (ml)
5’
10’
15’
20’
25’
30’
1
Kecambah Kacang Hijau
0,07
0,13
0,17
0,21
0,24
0,27
2
Biji Jagung
0,07
0,13
0,16
0,15
0,15
0,15
3
Biji Buncis
0,01
0,06
0,12
0,15
0,22
0,26
Ket :  ( ‘ ) = Menit

  1. Pembahasan
·         Laju respirasi kecambah kacang hijau, biji jagung, dan biji buncis dapat dilihat pergerakannya dengan menggunakan larutan eosin, karena larutan eosin ini merupakan indikator penentu di mana biji tanaman dapat menyerap/ menghirup O2. Laju respirasi pada larutan NaOH maupun aquades dapat dilihat pergerakannya secara signifikan. Pada bahan (kecambah kacang hijau, biji jagung, dan biji buncis ) yang diberi larutan NaOH dan aquades pergerakan dari menit ke-5 sampai menit ke-30 dapat dilihat pergerakannya dengan begeraknya larutan eosin.
·         Laju respirasi terbesar yaitu terjadi pada bahan yang diberi larutan NaOH. Mengapa demikian? Seharusnya laju respirasi terbesar tejadi pada bahan yang diberi aquades. Karena NaOH bersifat basa dan basa juga berperan sebagai pengikat CO2 sehingga akan menghambat laju respirasi, tetapi dalam praktikum laju respirasi ini aquades yang digunakan memiliki derajat keasaman berkisar 5,5, sehingga menimbulkan sifat asam pada bahan tersebut. Kemasaman sangat berpengaruh terhadap munculnya zat-zat racun yang dapat mengganggu proses fisiologis tanaman khususnya respirasi. Oleh karena itu mengapa laju respirasi terbesar pada praktikum ini terjadi pada bahan yang diberi larutan NaOH.





























BAB IV.
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Laju respirasi pada praktikum ini berpengaruh terhadap larutan yang diberikan (NaOH dan aquades), sehingga menimbulkan perbedaan laju respirasi yang cukup signifikan. Pada bahan uji (kecambah kacang hijau, biji jagung, dan biji buncis) yang diberi larutan NaOH seharusnya lebih lambat dari pada bahan uji yang diberi aquades. Hal ini diakibatkan karena aquades tersebut bersifat asam (pH 5,5) sehingga menimbulkan berbagai zat berbahaya yang dapat menghambat terhadap respirasi bahan ujinya.
  1. Saran
·         Selama dalam prktikum berlangsung sebaiknya mahasiswa harus memperhatikan mengenai K3LH.
·         Mahasiswa diharapkan berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum, karena alat-alat tersebut umumnya terbuat dari gelas dan mudah pecah.
















BAB V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Respirasi. html. 25- 05- 2012


aerob.html. 25- 05- 2012

























LAMPIRAN
    1.